Lukisan yang Tak Terbaca
Ku lahirkan
kembali kenangan lamamu yang sempat terkubur dalam
Yang
tersimpan rapi dalam kotak berdebu berwarna cokelat kelam
Begitu kusam
karena sudah menua mengisi sela siang dan malam
Cat
minyaknya juga sudah mengering, tak pernah ku sapa dengan salam
Arkilik biru
tuamu sudah mulai pudar, Gema
Warnanya
sekarang semakin luntur
Meski
begitu, aku tetap bersyukur
Karena
wanita di lukisan itu tak jatuh tersungkur
Kanvas putih
di galerimu sudah mulai menguning, Gema
Seratnya kini
kian menipis
Seperti ada
yang pernah mengikis
Walaupun
begitu, aku tersenyum manis
Karena wanita di lukisan itu tak menangis
Ingatkah
kamu pada sketsa kapal pukatku tiga belas tahun yang lalu?
Yang ku buat
dengan malas dan terpaksa, serta sedikit rasa malu
Lalu, tanpa
rasa ragu ku buang benda itu di dekat tong sampah
Tapi, kau
memungutnya dengan tangan kananmu yang saat itu terluka parah
Plakat
lukisanku mulai rapuh, Gema
Warna
langitnyapun tak lagi terlihat tajam
Hingga tak
kuasa mataku terpejam
Menangis
tersedu-sedu selama beberapa jam
Gradasi
warna cat airku sudah hilang, Gema
Ombak
kecilnya juga sudah terkelupas
Karang-karang
pantai hancur terhempas
Begitu pula sketsanya
yang hanya meninggalkan bekas
Ku tutupkan
kembali sejarah masa lalumu sebagai seorang pelukis
Biarkan debu
galeri mengunci semua kenangannya yang sulit di lupa
Ku selipkan
sedikit cerita masa laluku sebagai seorang penulis
Dan biarkan
kata menjelaskan rasa yang tak sempat kau baca
Komentar
Posting Komentar