Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2014

Far Away

Yogyakarta, 08 th August 2008. I need a big plane to fill with our things. I just need a big plane to make our dreams come true, the freak wishes when you told me “I’m looking at the night sky. It seems like usual. Awesome.” I remember an insane plane. “Turn on our life in the other place, make light in Saturn, fly to Mars and see Jupiter’s red spot. And if we’re tired, let’s run to the black hole. Hahahaha... It was seven years ago. But, I don’t know why you still remember our conversation like that. You know... You’re the pain that I won’t give up. And yeah! You may take our things somewhere, where nobody knows our name. Let’s bring the iron, cement, bricks and our furniture to build and decorate our home. Let’s order light from the sun, order water from Titan, and watch a real movie by the stars. Let’s take that night when we wanna sleep, let’s put our dirty shoes on, and turn off the moonlight. Let’s walk and enjoy space. If a big meteor comes to our

Dear

Dear my mega best friend... I miss you I miss us I miss the past I miss the future that we always tell with our abstract convert I deny that we're okay today I can't find you in the other one If we can't be lovers, we still have the chance to be friends Can you see the constellation above you? Is it okay? Still remember about the Scorpio and Orion? You have to forget, right? Still remember how I draw the dot by dot to shape the Orion's constellation? I miss that badly It's pretty fucking situation.... I just wanna back to home Sekarang baru kerasa, ya hahaha Saat sahabat baik gue ninggalin gue, gue baru nyadar kalo "penyesalan itu selalu datang terlambat" 100% benar. Sekarang gue baru ngerasa, gue nggak punya tempat berbagi senyaman kayak dulu  lagi. Gue ngadepin masalah gue sendiri, bagi-bagi cerita juga sendiri, semuanya; yang awalnya gue hadepin bareng sahabat gue, sekarang cuman bisa gue pendam aja. Sumpah, gue kangen saha

Cerita di Atas Awan

Gambar
“Sebab awan tak pernah membongkar rahasia kita, dia menjaga bahkan sampai kita lupa bahwa kita punya rahasia dengan mereka.” Kenalin, nama gue Fauzia. Dan cewe yang lagi duduk di samping gue sekarang namanya Ellyta. Yap, Ellyta, Ellyta Shafira; cewe yang gue kenal belum genap usia 3 tahun. Gue tau dia udah lama, dari awal tahun ajaran baru pas di SMA, tapi dekatnya pas mau lanjut semestar 3. Ellyta, pecinta sastra dan lihai bicara, kata-katanya puitis bagai digurui ama Khalil Gibran aja. Nggak salah emang, epek dia doyan ama novel-novel dan bacaan sastra lainnya. Dan dia, dia, teman SD gue yang sekarang merayap jadi sosok laki-laki paling terkemuka di sekolah, sebut saja Bambang (nama samaran). Menjabat sebagai *tit *tit *tit dengan wibawa yang merujut ampe ubun-ubun. Dia jago bicara, stimulasi yang bagus buat ngomong di depan umum. Gue dulu mikir apa jangan-jangan dia suka nangkring di depan metro tv setiap malam senin buat nonton acara motivator paling terkenal di Indo?

Friendzone

Gambar
“Kenapa lo masih pengen liat salju Eropa sementara hujan Indonesia aja udah bisa bikin lo bahagia? Kebahagiaan yang kayak gimana lagi yang lo mau?” I’m back! Setelah postingan kemarin belatar ‘mimpi’, kali ini gue bakal sedikit berbagi soal yang namanya Friendzone. Yup, Friendzone! Sebelum masuk ke yang namanya friendzone, gue nanya dulu nih. Musti dijawab jujur, ya! Lo pasti punya teman, kan? Atau gak sahabat deh? Atau gak... em, teman dekat, atau teman curhat? Atau seseorang yang selalu ada buat lo saat lo lagi butuh sandaran waktu ngadepin masalah-masalah lo? Punya, kan? Pasti ada lah, ya. Emang si, gue juga tau, kalo susah banget buat kita punya sahabat yang sempurna. Sempurna di sini adalah sahabat yang ngerti kita luar dalam, yang ada bukan cuman pas saat kita lagi happy doang, tapi ada pas kita lagi di bawahnya aspal jalan tol; terpuruk maksud gue. Kata mega best friend gue, gak ada sahabat yang sempurna. Bener tuh! Tapi, sekarang coba deh lo pikir. Setidakny