Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2014

Pesan Eirene

DC : ~ Pagi itu aku menatap sekeliling langit dengan penuh ragu. Masih ku dapati bulan yang bersinar terang dengan berhias birunya rona malam. Sesaat aku menghembuskan nafas panjang begitu melirik arloji di lengan kiriku; 05.50.  Jangan-jangan Rangga hanya ingin mengerjaiku saja? “Rara!” dari kejauhan, ku lihat seorang anak laki-laki yang melambaikan tangan kanannya seraya berlari ke arahku. Bayangannya seolah berbaur dengan tanah karena terpantul cahaya remang dari lampu di pinggir jalan. “Maaf, telat ya, Ra!” ku dengar keluhan anak laki-laki keturunan Indo-Paris itu begitu dia sudah sampai di depan pagar rumahku. Nafasnya masih ngos-ngosan karena berlari mengejar waktu. “Besok-besok aku gak ikut kalau janjinya jam segini lagi.” kataku seraya melangkah meninggalkan Rangga pergi. 10 menit menanti kedatangannya sama seperti menghabiskan waktu satu jam penuh.  Relativitas memang berlaku saat menunggu, bukan? “Yakin?” tanya Rangga seraya membuntuti langkah

Coffe Cup

Gue cuma perlu biarin lo pergi. Gue cuma perlu ikhlasin lo buat bareng sama dia. Gue cuma perlu belajar buat menjalani hidup gue tanpa lo lagi. Karena apa? Karena gue udah cape.  Karena gue udah nggak bisa lagi ngasih pundak gue buat tempat lo nangis. Hati gue bukan cangkir kopi yang nggak bisa pecah, hati gue bisa retak waktu lo isi dengan cerita-cerita manis lo bareng dia.  Dan setelah itu, hati gue bisa aja jadi kepingan-kepingan yang nyakitin jemari tangan lo waktu lo sentuh.  Karena lo sendiri yang bikin dia pecah, dan lo nggak tau gimana cara nyatuin mereka kembali. Gue nggak perlu menghindar dari lo. Gue juga nggak perlu ngelupain lo. Apalagi benci sama lo. Karena apa? Karena gue pasti nggak bakal sanggup ngelakuin hal itu, gue pasti nggak bakal bisa.  Hati gue emang bukan cangkir kopi yang nggak bisa pecah.  Tapi, cangkir kopi bisa jadi benda kesayangan lo yang bakal selalu lo jaga biar gak ada satu orang pun yang mecahin cangkir kopi itu.  Lo