Four Tier Diagnostic Test

 


1.1         Latar Belakang

Fisika merupakan salah satu cabang dari IPA, yang merupakan suatu disiplin ilmu yang memiliki banyak konsep penting. Konsep sangat perlu dipahami oleh siswa guna dapat menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam ilmu fisika pemahaman konsep sangat penting untuk membangun proses berpikir siswa dalam memahami permasalahan-permasalahan sederhana hingga yang rumit. Pemahaman siswa terhadap suatu konsep dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah anggapan awal siswa dan konsepsi siswa terhadap suatu fenomena maupun konsep tertentu. Anggapan awal siswa dalam menjelaskan suatu fenomena terkadang tidak sesuai dengan konsep para ahli. Anggapan awal tersebut apabila tidak segera diubah maka akan menjadi suatu konsep dan akhirnya menjadi pemahaman siswa. Pemahaman siswa yang tidak sesuai dengan konsep para ahli inilah yang disebut sebagai miskonsepsi.Miskonsepsi adalah pemahaman yang diyakini secara kuat namun pemahaman yang diyakini tidak sesuai dengan konsep-konsep para ahli. Apabila miskonsepsi tidak segera ditangani maka akan terintegrasi dalam struktur kognitif siswa. Hal tersebut sangat berbahaya karena dapat membuat siswa memodifikasi bahkan menolak konsep-konsep yang sebenarnya.

Adanya miskonsepsi akan menghambat siswa dalam penguasaan suatu konsep yang kemudian hal inilah yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa. Siswa merupakan tunas harapan masa depan bangsa, kualitas siswa mencerminkan bangsa di masa depan. Dengan demikian permasalahan miskonsepsi yang terjadi pada diri siswa adalah masalah serius untuk segera ditangani, mengingat dampak buruk yang ditimbulkan oleh adanya miskonsepsi. Penanganan miskonsepsi tidak dapat dilakukan secara efektif sebelum miskonsepsi tersebut diketahui secara jelas terlebih dahulu. Adanya miskonsepsi dapat diketahui melalui tes diagnosis dengan menggunakan instrumen atau alat ukur yang mampu mengidentifikasi miskonsepsi.

Ada berbagai macam tes yang digunakan untuk menyelidiki miskonsepsi siswa, di antaranya adalah wawancara dan tes pilihan ganda (multiple choice test), peta konsep dan tes diagnostic. Berdasarkan uraian tersebut tersebut, maka makalah ini akan berfokus pada pembahasan mengenai tes diagnostic four tier.

 

1.2         Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, maka rumusan masalah yang diajukan pada makalah ini ialah:

1.      Apa yang dimaksud dengan tes diagnostic four tier?

2.      Bagaimana penyusunan tes diagnostic four tier?

 

1.3         Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah:

1.      Mengetahui konsep dari tes diagnostic four tier

2.      Mengetahui prosedur penyusunan tes diagnostic four tier


 2.1         Tes Diagnostic Four Tier

Multiple-tier terdiri dari tes one-tier, tes two-tier, tes three-tier, dan tes four-tier. Tes one-tier belum mampu membedakan siswa yang menjawab benar dengan alasan yang benar serta siswa yang menjawab benar dengan alasan yang salah. Kelemahan two-tier yaitu guru belum mampu mengetahui kekuatan siswa dalam memahami suatu konsep. Three-tier mempunyai tingkat keyakinan tunggal sehingga belum mampu mendeteksi tingkat keyakinan siswa dalam memilih jawaban dan alasan. Adapun four-tier diagnostic test adalah pengembangan dari tree-tier test yaitu dengan menambahkan tingkat keyakinan siswa dalam memilih jawaban dan alasan. Penambahan tingkat keyakinan di setiap jawaban dan alasan mampu mengukur perbedaan pengetahuan siswa, sehingga dapat mengetahui tingkat miskonsepsi yang dialami siswa (Rukmana et al., 2019) .

Four-tier terdiri dari empat tigkatan diantaranya: tingkat pertama, berisi soal pilihan ganda dengan tiga jawaban pengecoh dan satu jawaban yang harus dipilih siswa. Tingkat kedua, berisi tingkat keyakinan dalam memilih jawaban. Tingkat ketiga, berisi alasan siswa dalam memilih jawaban yang terdiri dari tiga pilihan alasan yang disediakan dan satu alasan terbuka. Tingkat keempat, berisi tingkat keyakinan siswa dalam memilih alasan (Rukmana et al., 2019). Menurut (Erwinsyah et al., 2020), struktur tes diagnostik four-tier terdiri dari tier-1 berisi soal bentuk pilihan ganda, tier-2 berisi tingkat keyakinan dalam memlilih jawaban pada tier-1, tier-3 berisi tentang alasan dalam memilih jawaban pada tier-1, dan tie-4 berisi tingkat keyakinan dalam memilih alasan.

Tngkat keyakinan dalam memilih jawaban maupun alasan terbagi atas skala satu sampai enam. Skala satu dipilih jika siswa menebak, skala dua jika siswa sangat tidak yakin, skala tiga jika siswa tidak yakin, skala empat jika siswa yakin, skala lima jika siswa sangat yakin, dan skala enam jika siswa amat sangat yakin (Wilantika et al., 2018).

(Yuberti et al., 2020) mengemukakan beberapa keuntungan dari tes diagnostic four tier, yakni: (1) guru dapat membedakan tingkat kepercayaan jawaban dan tingkat keyakinan pada alasan, sehingga guru dapat mengetahui lebih banyak tentang pemahaman konseptual siswa, (2) guru dapat mendiagnosis miskonsepsi siswa lebih dalam, sehingga guru dapat menentukan bagian-bagian dari topik yang membutuhkan penekanan lebih, (3) guru dapat merencanakan pembelajaran yang lebih baik untuk mengurangi kesalahpahaman konsep tersebut.

 

2.2 Prosedur Penyusunan Tes Diagnostic Four Tier

Berikut ini adalah salah satu contoh soal tes diagnostic four tier (Sulistiawarni, 2018). Dapat dilihat bahwa terdapat empat bagian, yakni bagian tier-1 berisi soal bentuk pilihan ganda, tier-2 berisi tingkat keyakinan dalam memlilih jawaban pada tier-1, tier-3 berisi tentang alasan dalam memilih jawaban pada tier-1, dan tie-4 berisi tingkat ke yakinan dalam memilih alasan.

Sebagaiamana dikemukakan sebelumnya bahwa terdapat 6 tingkat atau derajat keyakinan siswa; ada pula yang menempatkan derajat keyakinan tersebut dari skala nol sampai lima. Adapun metode yang digunakan untuk mengkur tingkat keyakinan siswa terhadap materi yang telah diajarkan oleh guru ialah dengan metoede Certainty of Response Index (CRI). CRI digunakan untuk mengukur tingkat kepercayaan diri dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan. Jika CRI rendah menandakan ketidakyakinan siswa dalam menjawab suatu pertanyaan atau bisa diartikan adanya unsur penebakan dalam menjawab soal. Sebaliknya jika CRI tinggi menandakan keyakinan siswa dalam menjawab suatu pertanyaan baik. Jika jawaban yang dijawab benar, maka tingkat keyakinan yang tinggi akan kebenaran konsepnya telah teruji dengan baik. Dalam penggunaan metode CRI ini, cara untuk mengetahui kemampuan siswa yaitu dengan cara memberikan tes pilihan ganda yang bersifat pemahaman konsep.

Tingkat kepercayaan ini akan memudahkan dan menghemat waktu dalam menganalisis kesalahpahaman siswa. Dengan uji diagnostik Four-tier yang dikembangkan dengan CRI, miskonsepsi siswa dapat diidentifikasi dengan baik. (Rawh et al., 2020) dalam penelitiannya mengemukakan cara yang sedikit berbeda untuk menentukan kombinasi jawaban four-tier diagnostic test.

Keterangan: SU=Sound Understading; PU=Partial Understanding; MC=Misconceptions; NU=No Understanding; UC=Un-coded; 1=jawaban benar; 0=jawaban salah; Y=Yakin; TY=Tidak Yakin. Sound Understanding (SU) – keadaan siswa yang memiliki pemahaman konsep yang benar dan utuh, Partial Understanding (PU) – keadaan siswa yang hanya memiliki sebagian pemahaman konsep dan tidak dapat menjelaskan suatu fenomena secara utuh, No Understanding (NU) – keadaan siswa yang memiliki konsepsi yang tidak sejalan dengan konsep ilmiah yang ada., Misconception (MC) – keadaan siswa yang memiliki konsepsi yang tidak sejalan dengan konsep ilmiah yang ada, dan Un-coded (UC) – siswa yang tidak dapat dipahami. 

Mengutip dari (Rawh et al., 2020) mengenai Pengembangan Four-Tier Diagnostic Test untuk Mengidentifikasi Profil Konsepsi Siswa, maka tahapan atau prosedur pembuatan tes diagnostic four-tier meliputi:

1)      Menentukan materi

2)      Membuat kisi-kisi soal tes diagnostic

3)      Menentukan bentuk tes, yaitu bentuk four-tier test

4)      Menulis soal test four-tier test

Selanjutnya ialah melalukan uji validitas oleh para ahli. Validasi ahli dikukan untuk menilai aspek materi, aspek kontruksi, aspek bahasa, dan kesesuaian antara tier-1 dan tier-3 pada instrumen. Terdapat enam indikator, yaitu : 1) butir soal mendiagnosis profil konsepsi, 2) kesesuaian konsep dalam butir soal dengan konsep yang ditemukan oleh para ahli, 3) kontruksi sial sesuai dengan format four-tier, 4) menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa indonesia, 5) pilihan jawaban dan alasan homogen serta logis dari segi materi, dan 6) hanya ada satu kunci jawaban.

Setelah dilakukan validitas oleh para ahli, dilakukan perbaikan sesuai saran terkait redaksi, pilihan opsi, serta bentuk penyajiannya dan dilanjutkan dengan uji coba instrumen. Analisis dari hasil uji coba tersebut terkait validitas dan reliabilitas soal. Selain dilakukan uji validitas oleh ahli, dilakukan juga uji validitas secara statistk menggunakan uji validitas pearson pada instrumen four-tier diagnostic test Selain uji validitas, dilakukan juga uji reliabilitas instrument.

Setelah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas, dilakukan uji coba yang kedua. Instrumen diberikan kepada siswa di sekolah yang berbeda dengan uji coba pertama. Uji coba kedua dilakukan untuk melakukan analisis profil konsepsi materi untuk melihat profil konsepsi siswa menggunakan four-tier diagnostic test.

 

3.1         Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1.     Four-tier terdiri dari empat tigkatan diantaranya: tingkat pertama, berisi soal pilihan ganda dengan tiga jawaban pengecoh dan satu jawaban yang harus dipilih siswa. Tingkat kedua, berisi tingkat keyakinan dalam memilih jawaban. Tingkat ketiga, berisi alasan siswa dalam memilih jawaban yang terdiri dari tiga pilihan alasan yang disediakan dan satu alasan terbuka. Tingkat keempat, berisi tingkat keyakinan siswa dalam memilih alasan.

2.      Dalam menyusun atau mengembangkan tes diagnostic Four-tier, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni:

a.     Menentukan materi

b.    Membuat kisi-kisi soal tes diagnostic

c.     Menentukan bentuk tes, yaitu bentuk four-tier test

d.    Menulis soal test four-tier test

e.     Uji validitas

f.     Uji coba skala kecil

g.    Uji reliabilitas

h.    Uji coba kelas sebenarnya


Pengembangan instrumennya dapat berupa:

a.       Soal, opsi jawaban, 6 skala keyakinan jawaban, opsi alasan, 6 skala keyakinan alasan.

b.      Soal, opsi jawaban, skala keyakinan jawaban (ya/tidak), opsi alasan, skala keyakinan alsan (ya/tidak).

3.2         Saran

Diharapkan agar penelitian khususnya dalam bidang pendidikan, dapat mengkaji beberapa penelitian lainnya mengenai tes diagnostic four tier, khususnya untuk mengembangkan tes diagnostic miskonsepsi.

                     

DAFTAR PUSTAKA

Erwinsyah, H., Muhassin, M., & Asyhari, A. (2020). Pengembangan Four-Tier Diagnostic Test untuk mengetahui Pemahaman Konsep Peserta Didik pada Materi Gerak Lurus. 6(1), 1–11.

Fariyani, Q., Rusilowati, A., & Sugianto. (2015). Pengembangan Four-Tier Diagnostic Test Untuk Mengungkap Miskonsepsi Fisika Siswa Sma Kelas X. Journal of Innovative Science Education, 4(2), 41–49.

Rawh, P., Samsudin, A., & Nugraha, M. G. (2020). Pengembangan Four-Tier Diagnostic Test untuk Mengidentifikasi Profil Konsepsi Siswa pada Materi Alat-Alat Optik. WaPFi (Wahana Pendidikan Fisika), 5(1), 84–89.

Rukmana, A. P., Mayasari, T., & Yusro, A. C. (2019). Pengembangan Four-Tier Diagnostic Test Untuk Mendeteksi Miskonsepsi Pada Fisika SMA. SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA V 2019 “Peran Pendidik Fisika Dalam Mempersiapkan Society 5.0,” 1–6.

Sulistiawarni, W. (2018). Identifikasi Miskonsepsi Menggunakan Four-Tier Diagnostic Test Materi Suhu dan Kalor Siswa SMA/MA. Universitas Islam Negeri Walisongo.

Wilantika, N., Khoiri, N., & Hidayat, S. (2018). Pengembangan Penyusunan Instrumen Four-Tier Diagnostic Test untuk Mengungkap Miskonsepsi Materi Sistem Ekskresi di SMANegeri 1 Mayong Jepara. Jurnal Phenomenon, 08(2), 200–214.

Yuberti, Suryani, Y., & Kurniawati, I. (2020). Four-Tier Diagnostic Test with Certainty Of Response Index to Identify Misconception in Physics. Indonesian Journal of Science and Mathematics Education, 03(2), 245–253. https://doi.org/10.24042/ijsme.v3i2.6061



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku dan Egoku

A for Awesome ULM

Kilas Balik 2020