Energy of Indonesia

https://images.indianexpress.com/2018/08/

Selamat datang di postingan kedua gue di Agustus kali ini. Btw gue mau nulis banyak hal, about anything that had happened in last couple month in my days. Sebenarnya gue pengen ngebeberin soal semester lima yang nantinya bakal jadi daily activity gue, terus gue juga pengen ngasih opini gue tentang paslon presiden dan wakil presiden yang beberapa pekan lalu bikin heboh semua situs pemberitaan, baik dari media online maupun offline, and furthermore gue juga pengen ngasih POV gue perihal cita-cita. But, karena segmennya sekarang lagi Agustus. Dan, Indonesia lagi fokus dengan berbagai event dan kegiatan dalam rangka memeriahkan Independent Day sekaligus pesta olahraga terbesar di Asia, akhirnya gue memutuskan menahan diri gue dulu untuk merangkai tulisan perihal tiga topic utama yang pengen gue bahas tadi.

Dirgahayu Republik Indonesia yang ke Tujuh Puluh Tiga. Wuhuuuu. Alhamdulillah di tahun yang ke Tujuh Puluh Tiga ini, Indonesia, sebagai negara yang amat sangat gue cintai, tidak hanya sukses merayakan hari jadinya. Tapi, juga sukses bikin gue nggak beranjak sedikit pun dari TV ketika Opening Ceremony Asian Games ditayangin. It was so precious, amazing, wonderful, spectacular, and gue nggak bisa mengekspresikan bagaimana excitednya gue nonton Opening Ceremony. Cuman nonton doang padahal.

Okedeh, biar sistematis kayak anak fisika (wedew), gue ngebahas soal 17-an dulu, deh.

Jauh dari lubuk hati gue, gue kangen banget lomba-lomba 17-an. Dulu, waktu gue masih bocah, gue ikut banyak lomba yang diadain sama panitia komplek rumah gue. Gue ikut lomba makan kerupuk, ikut lomba lari, ikut lomba masukin paku dalam botol, ikut lomba bawa kelereng pake sendok. Dan sebelum gue rabun, gue pernah juara satu lomba masukin jarum ke dalam benang. Ehhh, kebalik, masukin benang ke dalam jarum, hahahaha.

Dulu, waktu  gue bocah, gue heboh sendiri gitu. Kayak misal, kan dulu pelajar musti ikut upacara, kan ya. Nah, gue ngeluh macem-macem, males lah, panas lah, pokoknya gue nyari-nyari alasan biar nggak ikut upacara. Terus kehebohan gue itu berlanjut dengan keinginan gue buat ngikut semua lomba yang diadian panitia. Belangsak banget, nggak, sih? Gue mikir kayak gini, “Pokoknya gue ikut aja. Menang atau kalah urusan belakang. Yang penting hari ini gue seneng-seneng.”

Dan, jujur, gue sangat merindukan semua momen yang terjadi waktu gue masih jadi bocah ingusan yang kalo ke mana-mana itu bawa air minum dari rumah.

But, makin ke sini, di umur gue yang lebih dari 20 tahun sekarang, gue ngerasa gue nggak bisa senang-senang kayak glad-nya gue waktu bocah dulu. Mungkin karena pola pikir gue yang udah berkembang dan pemahaman gue tentang kehidupan yang semakin membaik (cielah), gue malah mikir  gitu “Selama Indonesia udah merdeka, gue udah ngasih apa aja?”

Sejauh yang gue sadarin, sih, gue belum bisa ngasih apa-apa. Faktanya, gue bukan atlet, gue bukan  musisi, bukan anak olimpiade, bukan designer, bukan orang yang punya bakat atau talenta yang bisa dikasih liat ke orang-orang dunia. Intinya, gue sadar that I’m nothing.

Dan, kadang gue ngerasa risih sama diri gue sendiri. Selama ini, gue tinggal di Indonesia, nggak pernah sekalipun ninggalin Indonesia, siang-malam gue gue habisin di Indonesia, gue hidup dengan dua musim yang bergantian (kemarau dan hujan) yang jadi ciri khas di Indonesia. Gue minum airnya, gue makan hasil buminya, makan hasil ternaknya, ngirup udaranya, make fasilitas negaranya, make infrastrukturnya. Tapi, gue ngasih feedback apa-apa ke negara gue?

Semoga masa muda yang gue punya, masa muda gue yang masih tersisa, bisa gua pergunakan dengan sebaik-baiknya. Karena nggak seimbang aja rasanya, kalo cuman gue doang yang bangga jadi orang Indonesia, tapi Indonesia nggak bangga punya anak bangsa kayak gue (puitis ala maladewa).

Nah, di 17 Agustus tahun ini, gue berdoa semoga semua masalah, kendala, problem dalam berbagai bidang, mulai dari pendidikan, kesehatan, politik, pengangguran, kemiskinan, lapangan pekerjaan, terus kesenjangan warga negara, kekeringan yang udah mulai melanda, harga pangan dan segala polemic heterogen yang terjadi bisa secepatnya terselesaikan. Sekalipun memang gue pribadi, tidak bisa memberikan kontribusi maupun bantuan untuk meredakan atau menyelesaikan masalah yang terjadi, setidaknya gue dan lo semua sebagai anak muda janganlah membuat masalah baru atau memperkeruh masalah yang udah terjadi. Jangan bikin hoax gajelas, terus jangan sampai hand phone kalian jadi boomerang buat diri kalian sendiri (jangan suka ngomen-ngomen sembarangan), dan tetaplah berusaha buat jadi anak muda yang “kalo nggak bisa bikin Indonesia bangga, setidaknya jangan malu-maluin bangsa.” Dan gue harap, momen 73 tahun ini, bisa bikin Indonesia tambah solid, makin stronger, dan jadi bangsa besar dengan segenap kemampuan sumber daya manusia dan kekayaan alam yang dianugerahkan oleh Tuhan. Aamiin.

Next, kita bahas tentang Opening Ceremony yang kalo gue liat dari layar TV, kayak nggak ada cacatnya sama sekali. It was perfcet, bener-bener keren abisss. Semua detail, mulai dari konsep, terus show panggungnya, lightingnya, fireworknya, aransemen musisknya, orchestranya, maskotnya, semua tarian yang disuguhkan, sampai ke nyanyian yang dibawakan, gue sangat-sangat-sangat menikmati itu. Sebagai orang Indonesia, gue bangga banget, negara gue bisa ngadain pertunjukan seajib itu, se-spektakuler itu. Di mana semua elemen terlibat di sana, tanpa memandang “Lo dari daerah mana? Lo etnis apa? Dsb.”

Gue, sih, sewaktu Obor Asian Games mampir ke Kota Seribu Sungai, Banjarmasin, itu gue udah antusias banget. Bocah-bocah sekolahan berjejer rapi di pinggir-pinggir jalan, terus gue yang waktu itu buru-buru mau pulang ke rumah, dengan hati yang sangat gembira akhirnya gue markir motor gue buat liat Obornya di bawa pake klotok ngelewatin Pantai Jodoh di Siring. Dan sampai pada Opening Ceremony itu, gue udah siap-siap dari jam 7 malam abis Maghrib dan stand by di depan TV buat pantengin shownya.

Sumpah, ya, gue nggak bisa ngebayangin, gimana sibuknya mereka-mereka yang ngebikin panggung, ngehias panggung, terus bikin konsep acara, dan mereka yang pada ngisi acara mulai dari yang nari sampai nyanyi. Yaaa, bayangin aja, kalo gue nggak salah denger, nih ada 1500 orang yang ngebawain tari saman. Gimana latihannya, coba??? Dan mereka bisa selaras itu, it was really cool, really.

Belum lagi sama lightingnya yang suerrrrrrr, gue bener-bener jatuh cinta sama lighting yang mereka bikin. WOW. Mungkin ini karena gue yang suka banget sama cahaya, sampai-sampai gue mikir, “Perpaduan macam apa yang panitia kreasikan, sampai bisa bikin gue melongo kayak gini?”

Kalo gue mau beropini, sih, gue rugi banget nggak nonton Opening Ceremony itu secara Live pake mata kepala gue  dan duduk langsung di kursi GBK.  Sayang banget, gue bukan orang penting yang bisa dapetin undangan VIP dari panitia (ngarep). Tapi, beruntungnya stasiun TV favourite gue, NET TV (bangga sebut merek asli Indonesia), bisa bikin gue puas dengan tayangan Opening Ceremony itu. Setidaknya, rasa sedih gue karena nggak bisa jadi volunteer atau jadi panitia, bisa terobati dengan nonton, meskipun hanya lewat TV.

Menurut gue, sih, Asian Games Jakarta-Palembang ini bukan cuman sebuah pesta olahraga doang, lebih dari itu, melalui ajang ini Indonesia kayak nunjukin siapa sih Indonesia itu sebenanarnya. Negara dengan beragam agama, etnis, budaya, adat, dan kepercayaan yang terikat dalam satu kesatuan bendera, bahasa, semboyan, lagu kebangsaan, dan mata uang. Indonesia pengen ngasih liat ke semua orang, bahwa hidup dengan keberagaman itu adalah karunia. Hidup dalam perbedaan bukanlah alasan untuk mendiskriminasi, melainkan untuk saling menghargai. Dan melalui ajang ini juga, Indonesia mampu mengukuhkan eksistensinya, bukan cuman di mata orang-orang Asia, tapi juga di mata orang-orang dunia.

Gue nggak tahu, apakah gue lebay banget (huek) atau ini normal aja, atau gimana, karena jujur gue seneng banget dengan Opening Ceremony tadi. Gue ngerasa itu bener-bener cerminan Indonesia, refleksi dari semua tipikal Indonesia, kaya akan budaya, akan kekayaan alam, akan Bhineka Tunggal Ika, dan kita disatuin di satu panggung semegah itu, ditonton bukan cuman sama orang Indonesia aja, tapi sama  perwakilan orang-orang hebat di Asia. Gue bisa merasakan kebahagiaan yang panitia rasakan. Kerja keras mereka yang udah nyiapin event yang luar biasa banget itu pasti sangat membanggakan bukan hanya untuk mereka pribadi, tapi juga untuk team yang mereka bangun. At least gue juga pernah ngerasain jadi orang yang kerja di belakang layar, dan ketika acara itu sukses, ada kepuasan tersendiri yang rasanya bisa bikin lo nangis; sangking lo senengnya. Selamat buat semua orang yang terlibat dan ambil alih dalam penyelenggaraan event Asian Games. 

Kalian Hebat!

And, gue pribadi ingin mengucapkan terimakasih banyak kepada Bapak Jokowi yang udah bikin segmen aksi motor. Awalnya itu gue pikir stunt man, dan ternyata itu emang stunt man. But, terimakasih banyak, Pak, karena sudah memberikan suguhan sangat menarik dalam menyambut Opening Ceremony Asian Games 2018.

Lebih lanjut, mari kita berdo’a semoga Indonesia bisa jadi juara umum di perhelatan pesta olaharga terbesar di Asia ini. Semoga Kontingen Indonesia bisa merebut medali dan hadiah yang udah disiapkan. Terutama buat olahraga favourite gue, badminton. Semoga Asian Games bisa menjadi bekal buat mempersiapkan diri ke Olimpiade Tokyo 2020 nanti. Gue harap semoga semua atlet yang bertanding diberikan kemudahan, penyelanggaraanya nanti juga dilancarkan sampai 2 September mendatang, dan Indoensia bisa terus menunjukkan eksistensinya di mata dunia melalui event-event semacam ini.

Terakhir dari gue, buat kita semua, tetaplah menjaga persatuan dan kesatuan negara kita, jadilah pemuda dan anak bangsa yang aktif, produktif, inovatif, dan komunikatif. Teruslah berjuang untuk membangun bangsa dan negara kita. Dan jangan lupa, untuk terus memberikan dukungan bagi seluruh kontingen Indonesia, panitia pelaksana, volunteer yang ikut bekerja di dalamnya, dan seluruh elemen penyelenggara Asian Games 2018.

Energy of Asia, Energy from us for Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku dan Egoku

A for Awesome ULM

Kilas Balik 2020