Close By Virus


Ini dibikin pas tugas Biologi kelas X kemarin xD
tugas tahunan dari Bpk. Sugianoor :)
Buat yang pernah menghabiskan masa SMA pasti gak bakal lupa sama materi biologi yang satu ini.
Enjoy it!


Siang itu aku kembali terududuk diam begitu mendapati sosok anak laki-laki dengan seragam putih abu-abunya tengah berdiri tegap didepan kelas seraya menjelaskan materi virus yang sebelumnya telah dijelaskan Pak Budi. Jabatannya sebagai ‘Reviewer’ untuk bahan ulanagan memang menjadi hal yang paling berkesan untukku. Dan entah ada berapa banyak hal yang tak ku mengerti tentangnya. Tentang cara dia menjelaskan materi, tentang cara dia membuat ‘perangkap’ untuk menjebakku lewat tatapan teduhnya, dan terutama tentang cara dia tersenyum padaku. Namun dari semua hal tentangnya itu, aku lebih tidak mengerti tentang materi virus, sangat tidak mengerti.

“Jadi, bagian tubuh bakteriofag yang melekat atau menempel di daerah reseptor itu adalah bagian ekornya.” jelas Reza seraya mengarahkan penggaris kayu ke arah gambar bakteriofag di papan tulis. Sejenak ku amati gambar bakteriofag buatannya tadi. Kepala bakteriofag itu berbentuk polihedral, ekornya berbentuk silinder dan memiliki serabut. Lebih mirip seperti kocokan kue milik bibi dirumah, pikirku.

“Fase itu disebut fase adsorbsi.” sambung Reza memecah lamunan gambaran bakteriofag-ku. Ku lihat anak laki-laki itu tersenyum hingga dua lesung pipinya ikut muncul begitu saja.

“Nah, yang kedua adalah fase penterasi. Ada yang tau pengertian fase peneterasi itu apa?”
Joshua langsung mengangkat tangan kanan begitu Reza menyelesaikan pertanyaannya tadi. Tidak heran memang jika Joshua selalu menjadi ‘Replier’ untuk setiap pertanyaan biologi dikelas. Dia dan Reza benar-benar terlihat sebagai ‘Biology’s Golden Boys’ , sungguh.

“Fase penterasi adalah fase dimana masuknya DNA atau RNA virus kedalam sel inang dan menghancurkan DNA atau RNA dari sel inang tersebut.”  jawab Joshua tersenyum bangga. Pak Budi pun turut tersenyum banga atas jawaban anak laki-laki berkaca mata silinder itu.

“Joshua benar. DNA atau RNA virus itu masuk kedalam sel inang setelah dinding sel inang tersebut dirusak oleh enzim Lisozim. Dan enzim Lisozim itu dihasilkan oleh DNA atau RNA virus.” aku tersenyum lebar begitu Reza menambahkan penjelasan atas jawaban Joshua tadi. Bukan karena tersenyum mengerti, lebih tepatnya tersenyum karena Reza menatapku seraya mengangkat tinggi alis kanannya.

“Apa nama enzimnya tadi, Tania?” aku melongo diam saat mendengar Pak Budi menyebutkan namaku.
Matilah kamu, Tania!

Jangankan mengenal nama enzimnya, pengertian fase penetrasi itu saja aku sudah lupa.

“Makanaya, lain kali fokus ke materinya, jangan fokus sama yang kasih materi.” timpal Joshua seraya membuat tanda peace lewat jemari kanannya.

“Kalau fokus sama yang kasih materi, jadinya terpesona deh.” sambung Gema yang membuat ku menatapnya tajam.

Kamu selalu jadi kompor peledak untuk rasa geramku, Gema!

“Lain kali, kalau Tania mau fokus sama Reza-“

“Saya nggak fokus sama Reza kok, Pak.” selaku pelan sebelum Pak Budi melanjutkan perkataannya. Menghindari olok-olokan dari Joshua dan Gema adalah dengan menahan setiap olok-olokan dari Pak Budi, itulah cara paling efektif yang bia ku lakukan.

“Ya sudah, kita lanjutin aja, ya. Fase ketiga adalah fase sintetsis. Fase sintesis adalah fase dimana virus merusak DNA atau RNA sel inang dan  menggunakannya sebagai bahan untuk replikasi dan sintesis kapsid yang baru. Tania ngerti, gak?”

“Aa... Ciye... Reza kok nanya sama Tania aja? Aku nggak ngerti nih.” ujar Gema yang langsung disambut oleh senyum Reza.

Drama macam apa ini?

“Ya jelas lah Reza tanya sama Tania aja, kan Tania gak ngerti soal virus. Tania itu cuman ngerti kalau Reza suka sama dia.” Joshua ikut menimpal hingga membuat satu kelas ribut oleh gelak tawa. Ku lihat Pak Budi menggelengkan kepala; mungkin beliau heran dengan tingkah Gema dan Joshua yang selalu berhasil membuat suasana kelas menjadi lebih ricuh... dan ribut tentunya.

“Sudah-sudah, kalian ini kalau soal ngomporin nomor satu. Nah, karena bapak rasa waktu kita tinggal beberapa menit lagi, jadi pembelajaran hari ini kita akhiri sampai disini. Jangan lupa belajar buat ulangan besok dan-“

“Apa, Pak??” tanpa ragu ku kerjapkan mata tak percaya mendengar perkataan Pak Budi. Bahkan sampai hari ini saja otak ku belum siap menerima materi virus. Lalu apa jadinya jika besok langsung ulangan begitu saja? Demi Zeus, aku tidak ingin remedial, sungguh.

“Kan kemarin sudah Bapak bilang, Tania. Kalau bab virus selesai, kita langsung ulangan.” jelas Pak Budi sambil membenahi buku beliau diatas meja guru.

Tamat lah kamu, Tania!

“Take care and see you tomorrow” seisi kelas langsung bubar seolah baru saja selesai demo. Berhamburan keluar kelas seakan anti untuk mengantri.

Langkah terakhir Pak Budi menjadi monitor untuk menghitung berapa lama lagi aku bisa belajar.
Jawabannya adalah ‘Aku buntu’

“Masih gak ngerti virus juga ya, Tania?” tanya Reza sambil berjalan menghampiriku yang duduk lesu menatap buku paket biologi. Senyumnya mengambang manis hingga memperlihatkan kedua lesung pipinya.

“Aku hanya gak siap kalau ulangannya besok.” jawabku seraya membuka lembar demi lembar buku tulis catatan biologi. Berharap dengan hal itu pikiranku akan terbuka untuk memahami materi virus
.
“Mau ku bantu?” kali ini bukan hanya senyum Reza saja yang mengambang. Aku juga turut tersenyum mendengar penuturannya tadi.

Aku tau, Reza. Kamu pasti membantu, dan aku yakin itu.

Anak laki-laki itu menarik kursi Gema lalu duduk di depan mejaku. Ransel hitamnya terlihat sangat sesak; mungkin penuh oleh buku-buku paket dan kamus bahasa latin.

“Untuk daur Litik ada lima fase. Adsorbsi, Penetrasi, Sintesis, Perakitan, dan Lisis. Kamu hafalin aja abjad awalnya biar gampang diingat.” ucap Reza yang membuat kedua alisku terangkat tinggi. Sungguh, aku heran dengan metode belajaranya.

“Ingat ya, Tania, Agreement person safe pure love.”
Lagi-lagi aku menatap Reza heran. Apa maksudnya dengan ‘Agreement person safe pure love’ ?

“Abjad awal di tiap kata pada kalimatku tadi menjadi abjad pertama untuk setiap fase didaur Litik.” jelas Reza yang langsung membuatku tersenyum. Aku mengerti.

“Sekarang pengertiannya. Adsorbsi itu melekat atau menempel di reseptor. Lalu ada penetrasi, masuknya DNA atau RNA virus kedalam sel inag dan menghancurkan sel inang tersebut. Sampai sini kami bisa ngerti gak, Tania?”
Aku tertawa kecil mendengar pertanyaan Reza.

“Fase Adsorbsi itu melekat atau menempel di reseptor. Lalu, fase penetrasi masuknya DNA atau RNA virus kedalam sel inang dan menghancurkan sel inang itu” jawabku pelan. Entah ada lampu neon atau tidak di atas kepalaku. Yang pasti aku mulai mengerti apa itu fase adsrobsi dan fase penetrasi.

“Great! Let’s next!” serunya bersemangat begitu aku menyelesaikan ucapanku tadi.

“Agreement person safe pure love. Jadi yang ketiga adalah fase sintesis yang artinya virus merusak DNA atau RNA sel inang dan menggunakannya sebagai bahan replikasi dan sintesis kapsid yang baru. Lalu, pure, fase perakitan. Maksudnya bagian virus yang terbentuk tadi disusun atau digabungkan. Dan yang terakhir adalah love, fase lisis. Artinya sel inang pecah atau hancur sehingga ratusan virus pun keluar, itu akibat enzim Lisozim.” jelas Reza yang ku sambut dengan anggukan mengerti. Entah apa yang membuat otakku menangkap dengan baik setiap kata yang diucapkannya tadi.

“Aku mengerti, Reza.” ucapku yang langsung disambut oleh senyum anak laki-laki itu.

Kamu memang berkesan, Reza. Sungguh

“Sekarang kedaur Lisogenik, ya. Fase pertama dan fase keduanya sama seperti didaur Litik. Yang berbeda itu difase ketiga. Namanya fase penggabungan.”

“Fase penggabungan?” tanya ku heran. Entah aku yang pelupa atau apapun itu. Yang pasti rasanya aku baru pertama kali mendengar ada fase penggabungan.

“Fase penggabungan itu maksudnya DNA atau RNA virus bergabung dengan DNA atau RNA sel inang.” jelas Reza yang kembali ku tanggapi dengan anggukan mengerti.

“Kita lanjut ke fase replikasi, ya. Nah, fase replikasi itu maksudnya provirus bereplikasi sehingga DNA atau RNA virus ikut bereplikasi. Jadi, saat sel inang membelah dihasilkan dua sel anak yang mengandung DNA atau RNA virus.”

“Maksud kamu sel anak itu ada virusnya?” selaku sebelum Reza menutup penjelasannya. Anak laki-laki itu terdiam sejenak bergeming; seolah tengah berfikir.

“Ya, kurang lebih begitu.” aku tersenyum mendengar jawabannya. Mungkin Reza sudah kehabisan diksi untuk menjawab pertanyaanku.

“Fase selanjutnya adalah fase sintesis. Provirus aktif dan keluar dari kromosom sel inang, kemusian DNA atau RNA sel inang itu akan hancur. Setelah itu terjadi fase replikasi DNA atau RNA virus, lalu sintesis kapsid, dan seterusnya seperti pada daur litik” Reza kembali melanjutkan penjelasannya dan membuatku mengangguk tersenyum.

I've got Virus’s subject, thanks Reza. You always help me on time!

“Kalau ulangan besok kamu sampai remedial, kamu payah besar, Tania.”

“Niatnya mau ngajarin atau-“

“Niatnya biar kamu tau, kalau aku sayang kamu lebih dari seorang teman. Lebih dari seorang sahabat seperti yang selalu kamu bilang."

Aku terhening diam mendengar penuturan Reza. Senyumnya terlihat bercanda, namun kata-katanya seolah punya makna berbeda di telingaku.

“Aku serius, Tania.”

Reza berdiri dari kursi Gema seraya kembali merangkul ransel hitamnya. Dia memberiku selembar kertas ringkasan materi virus yang dijelaskannya tadi.

“Sampai bertemu besok, Tania. Dan aku tidak bercanda.”

Aku menatapnya diam, tak tau harus menjawab apa. Ku biarkan langkah anak laki-laki itu berjalan jauh hingga tak lagi ku dengar derap sepatu di ruang kelas. Perlahan ku amati kertas materi pemberian Reza tadi, ada dua baris kalimat yang membuatku tersenyum karenanya.



I wanna love you like a hurricane, I wanna love you like a mountain rain, So wild so pure, So strong and crazy for you” 
(A Lyric By Nidji – Rahasia hati)


Thanks virus, you close us...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku dan Egoku

A for Awesome ULM

Kilas Balik 2020