Is it important?

Please ask yourself  about these questions

Is it important?
Is it important for people to know you are sad?
Is it important for people to know you are happy?
Is it important for people to know your menu for your lunch?
Is it important for people to know the place you had visited?
Is it important for people to know today is your birthday?
Is it important for people to know you have a huge admirer?
Is it important for people to know you skip your breakfast?
Is it important for people to know you had got some achievement in your life?
Is it important for people to know you will go to somewhere?
Is it important for people to know you are confused to decide something?
Is it important for people to know your homework is hard?
Is it important for people to know you are so precious for someone?
Is it important for people to know you spent a whole day with your love?
Is it important for people to know you are mad at someone?
Is it important for people to know tomorrow you will face the most difficult exam?
Is it important for people to know you are disappointed with someone?
Is it important for people to know your glowing face?
Is it important for people to know you do nothing at the moment?
Is it important for people to know you held a great event with your gang?
Is it important for people to know the jokes we crazy about?

Is it important?
Is it important for people to know our national athlete got gold medal?
Is it important for people to know how clutter educational system?
Is it important for people to know the corruption issues?
Is it important for people to know how many pupils are died on demonstration?
Is it important for people to know the Indonesia's PDB had got increase?
Is it important for people to know about what health mentality is?
Is it important for people to know about the meaning of bestari?
Is it important for people to know about illegal activity in our province?
Is it important for people to know about the tips to get 550 TOEFL score?
Is it important for people to know about the free seminar will occur on tomorrow?
Is it important for people to know about the scholarship program offered by government?
Is it important for people to know about the cancel lecture on this afternoon?
Is it important for people to know tomorrow is the date line for us to submit our paper?
Is it important for people to know about the treatment how to make our life become happier?
Is it important for people to know the reason behind the beautiful rainbow?
Is it important for people to know about the history of a temple?
Is it important for people to know what will happen if we late go to bed?
Is it important for people to know Ebola virus?
Is it important for people to know Newton never got married until his last day?
Is it important for people to know polar bear got lost his home?
Is it important for people to know about the increase temperature on our earth?
Is it important for people to know your store will give discount to celebrate earth day?

***
Beberapa hari yang lalu gue nerima curhatan temen gue tentang salah seorang temen kita yang bikin status wa; yang isinya adalah kebahagiaan yang dia alami selama satu hari itu.

“Kok gue nggak bisa kayak dia, ya?”

Jleb, pertanyaan menggerutu itu bikin gue yang banyak pikiran, makin banyak mikir, “Lah, ini temen gue satu kenapa?”

“Lu ngiri?” gue tanya sambil bercanda, “Udah, ah, cerita masing-masing aja. Kalo cerita lu ama cerita dia sama, di mana letak keberagamannya? Ingat, Indonesia indah karena beragam.”

“Dibilang ngiri, sih enggak. Cuman pas liat status-satus dia, gue jadi ngerasa banget kalo gue tuh failed.”

Sangking penasarannya, gue buka lagi status temen kita itu, terus gue liat bener-bener statusnya. Terus gue mikir, “Lah ini kan, akun sosial media dia? Kenapa musti pake acara ngiri segala.”

“Ya, mau gimana. Itu, kan akun sosmed dia. Ya, dia berhak lah, mau ngepost apa aja.”

“Gitu, ya, Fau?”

”Iya, lah. Habis mau gimana lagi?”

Seusai itu, selama perjalanan pulang kampus sampai akhirnya tiba di rumah, gue malah kepikiran, “Emang bener, kita berhak ngepost apa aja di akun sosmed kita? Bebas? Tanpa ada batasan?”

Akhirnya malam itu juga, gue tanya-tanya sama temen-temen gue, sama sohib-sohib gue, sama senior gue di kampus; gue tanya orang yang sering update status dan orang yang jarang banget bikin status.

“Kenapa bikin sosial media? Kenapa jarang/sering bikin status di sosial media? Gimana perasaan lo waktu liat status teman yang titik-titik kayak essay ulangan fisika? Pernah nggak sebelum ngeupdate status nanya dulu ama diri sendiri; ini kalo gue bikin status, kira-kira faedahnya apaan?”

Sebagaian besar responden gue jawab, mereka bikin sosmed buat berkomunikasi.

Iya, bener. Gue tidak bisa memungkiri bahwa sosmed itu adalah jembatan silaturahmi yang ngegantiin peran handphone buat telpon atau sms-an. Bahkan nggak jarang banget, sekarang orang gak tahu nomor telpon temennya, tapi masih bisa saling tanya kabar lewat dm instagram.

Menurut gue, sih, kebutuhan buat berkomunikasi dengan orang-orang adalah urgensi kenapa kita perlu nginstall aplikasi medsos di handphone kita. Tapi, di sisi lain gue juga tidak memungkiri bahwa tidak semua medsos yang ada di handphone kita semata-mata buat berkomunikasi. Coba, deh sekarang lo sebutin berapa banyak medsos yang ada di handphone lo.

Kalo gue ada 6; line, facebook, twitter, WA, instagram, ama satunya youtube.

Buset, kan banyak banget. Tapi, ternyata gue sadar, bahwa nggak semua medsos gue itu kepake. Kayak misal, line. Dulu pas zaman SMA iya emang line itu jadi medsos paling trend, tapi sekarang kayaknya nggak kepake sama sekali, deh. Cuman dedeq-dedeq gemes yang minta private doang yang bikin gue kekeh buat mempertahankan line. Terus, facebook. Nah, jadi, facebook ini khusus gue install buat teman-teman gue di Filipina. Di Filipina itu facebook udah kayak kebutuhan pokok, gitu loh. Jadi, ya, semua teman-teman gue keep contact ama gue lewat facebook. Berikutnya adalah twitter. Jadi, twitter adalah satu-satunya medsos yang gue install di luar kebutuhan komunikasi gue. Karena gue sadar, gue make twitter itu sebagai platform buat gue nyari hiburan, denger bacotan orang, baca infromasi yang lagi heboh-hebohnya sekarang. Jadi, kalo misal gue lagi bete, nih, ya, gue selalu buka tl twitter, terus dengerin bacotan orang yang recehnya nggak ketulungan, atau baca-baca thread seputar kejadian lucu atau tips-tips gitu. Next, WA. Nah, ini adalah medsos yang ngegantiin peran telpon-sms, dan kayaknya bukan cuman buat gue doang, tapi buat semua orang. WA sekarang udah jadi kebutuhan paling primer dalam konteks komunikasi online. Meskipun tampilannya sederhana banget, tapi fitur yang ada di WA bisa bikin kita bertahan lama sama aplikasi buatan China ini.

Dua terakhir adalah instagram ama youtube. Nah, kala youtube, gue biasanya make youtube buat nyari video pembelajaran, atau nonton siaran ulang mata najwa, atau belajar chord keyboard gitu. Intinya, sih, gue make youtube buat memenuhi kebutuhan tugas gue yang gak bisa gue dapetin di platform lain. Terus kalo buat instagram, sih sebenarnya emang kagak begitu urgent banget. Karena menurut gue instagram itu adalah platform yang paling banyak bohongnya, gitu. Terus juga nih, ya, menurut gue instagram itu cuman jadi ajang pamer orang-orang doang. Entah karena gue yang emang ngefollow orang yang suka pamer atau gimana, tapi rata-rata kebanyakan orang make instagram buat ngasih tau orang lain bahwasanya “Ini nih, gue lagi di sini.” atau “Ini nih, gue lagi ama si ini.” atau “Ini nih, gue lagi makan ini.” atau “Ini nih, gue lagi nonton film ini.”

Meskipun sebenarnya gue juga pengguna instagram, tapi seumur-umur gue pake instagram, gue sama sekali nggak pernah pake fitur-fitur di instagram selain upload photo ama video. Ada yang sama kayak gue juga?

***

Tau nggak sih, kalo ternyata kebutuhan manusia yang paling urgent selain komunikasi adalah kebutuhan manusia untuk didengarkan. Nah, dari buku Dale Carnegie dibilang baha kebutuhan manusia untuk didengarkan setara dengan kebutuhan manusia buat makan, jaminan kesehatan, kehidupan yang layak hingga sampai kebutuhan biologis lainnya.



Jadi, menurut gue sih wajar kalo misal orang-orang yang nggak punya teman berbagi, mengekspresikan perasaan yang dialaminya saat itu lewat sosial media. Karena dari hasil penelitian banyak orang juga dibilang kalo kita update status, entah itu di twitter, di facebook, di wa, atau di instagram, otak kita jadi berasa happy gitu, Dopamine is released in your brain when you post and people interact with your post.

Tapi, ada satu hal dalam sudut pandang gue dan sudut pandang beberapa orang yang menjadi batasan dan pertimbangan untuk tidak mempublish atau mempost sesuat di sosial media. Nah, dalam tulisan ini gue akan memberikan beberapa alasan yang mungkin bisa menjadi bahan pertimbangan buat kita semua tentang seberapa penting atau seberapa urgent kah postingan kita itu diketahui orang lain.

Kalo semua hal diketahui publik, mana privasi buat diri kita sendiri?
Nah ini pertanyaan pertama yang sering gue jadiin bahan pertimbangan sebelum ngepost sesuatu. Gue takut bikin hal-hal yang harusnya berkesan buat hidup gue, ternyata tidak lagi menjadi sesuatu yang istimewa karena semua orang di dunia tau soal itu. Ya, kalo menurut gue, sih, sesuatu yang berkesan buat hidup gue itu hanya akan benar-benar berkesan kalo cuman gue doang yang tau.

Emang tujuan ngeposting buat apa?
Dalam rangka apa, gitu? berbagi humor? Berbagi informasi? Berbagi bahagia? Atau justru postingan kita itu bikin orang lain sakit hati? Bikin orang sedih? Bikin orang lain tau betapa sempurnanya hidup yang kita punya? Kalo cuman sekedar, “Ya, gapapa, sih.”  menurut gue juga gimana, ya. Ya, kita ngeposting tapi tanpa tujuan apa-apa, mending nggak usah gitu. Kalo kalian gimana? Kalo ada orang yang jawab “Ya, aku ngepostin itu sih bukan buat apa-apa.” kalian bakal jawab apa?

Tanpa disengaja dan disadari, kita membuat batasan antara hidup kita dan hidup orang-orang yang liat status kita.
Pengalaman dari salah seorang senior gue waktu gue tanya kenapa dia jarang update status; ternyata senior gue nggak pengen update status karena takut kalo status yang dia update malah bikin teman-teman yang liat status dia jadi “ngjleb”

Gue inget banget apa kata senior gue bilang, “Nggak semua orang yang ngeliat status kita itu seberuntung kita, Fau.”

Kita bikin status, “Capek kuliah, pengen nikah aja.”
Kita nggak tau ada berapa banyak temen kita yang pengen kuliah tapi nggak bisa kuliah karena nggak punya biaya.

Kita bikin status, “Dinner apa adanya bareng nasi goreng buatan mamang gerobak.”
Kita nggak tau ada berapa banyak temen kita yang harus banting tulang cuman buat ngumpulin duit makan dia ama keluarganya.

Kita bikin status, upload photo keakraban kita sama orang-orang.
Kita nggak tau ada berapa banyak temen kita yang masih tertatih-tatih hanya untuk beradaptasi sama lingkungan dia yang baru. Kita tanpa sengaja nge-compare diri kita yang se-humble ini sama diri dia yang se-introvert itu.

Kita bikin status, upload video kita lagi jalan-jalan ke sana ke mari.
Kita nggak tau ada berapa banyak temen kita yang ngerasa hidup dia nggak seberuntung kita. Kita tanpa sengaja nge-compare diri kita yang se-kaya ini ini sama diri dia yang se-miskin itu.

Emang, sih, tujuan kita bikin status itu nggak pengen bikin orang lain iri hati atau gimana. Makanya sebagian dari kita ada yang bilang, “Yaudah kalo nggak mau liat status aku, skip aja atuh atau mute aja.” Gue sebagai orang yang masih belajar buat me-manage diri, sih memaklumi kalo ada orang yang bilang kayak gitu.

Nah, menurut kalian gimana? Kalo ada orang yang bilang, “Yaudah kalo nggak mau liat status aku, skip aja atuh atau mute aja.”  Kalian bakal kasih respon apa?


Komentar

  1. Pertama-tama, makasih untuk kak fau yang sudah membuat tulisan ini. Jujur, this something problem what disgusting me. Memang hak tiap orang untuk membagikan apa yang mereka alami atau inginkan, tapi memang agak berlebihan jika itu sudah terlalu sering dan sudah masuk ranah privasi.

    Jujur, aku kurang suka dengan teman di media sosial-- entah itu ig atau WA dan apapun, yang ngeshare something useless. Useless disini menurutku gak kasih apapun ke orang lain, kaya informasi yang bisa orang lain butuhkan atau sesuatu yang memang pantas untuk orang lain ketahui. Malah lebih ke ekspos permasalahan pribadi.

    Lalu, aku juga mengamati media sosial yang toxic buat manusia sekarang sih. Kalau kaka pernah baca atau dengar, instagram dinobatkan jadi one of toxic social media. Tapi, aku mikir lagi. Tergantung circle yang digunakan oleh pengguna, kita ngefollow siapa dan apa. Bakal ngaruh banget ke kita.

    Aku pribadi ngurangin buka ig karena ya menurut aku isinya di akun aku cuma 30% doang info penting sisanya hanya postingan teman-teman yg gak ada something use for me.

    Kita gak bisa ngontrol orang-orang seperti yang kita inginkan, salah satu alternatif yang aku lakukan adalah opsi untuk nge-mute postingan atau snap temanku who disgusting me

    Daripada nyinyir dia, mending tidak usah lihat sekalian. Itu lumayan efektif untuk aku pribadi.

    So sorry if this comment too much long ������

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih juga buat kamu yang udah mampir, ngeluangin waktunya buat baca tulisan ini.

      Kadang kita emang butuh edukasi penggunaan social media yang bener itu kayak gimana. Mungkin buat kita yang nggak terbiasa, pasti bakal ngerasa annoying banget. Tapi, sayangnya kadang kita cuman sampai di tahap "ngemute" aja, aku juga gitu.

      Padahal sebenarnya ngemute atau ngeskip status seseorang itu bukanlah hal yang benar, meskipun itu adalah hal yang baik.

      So glad to see your opinions on my blog!

      Hapus
  2. Ini nih fau, problem banget.
    Ada beberapa orang sebenarnya mengeluh di sosmed untuk media dia menulis (treatment buat dia ngilangin stress)
    But sometimes, orang orang ga ngerti. Kadang juga ada yg komen toksik abis
    Ada beberapa orang yg bikin stories atau tweet cuma sebatas ngungkapkan apa yg dia rasakan tapi ada aja yg komen "lu mesti nya harus banyak bersyukur"
    Beberapa hal perlu di bodo amatin sebenarnya. Termasuk keluhan teman" mu.
    Setuju tuh aku, ya kalau ga suka silahkan mute aja tapi ga ush komen toksik.
    Manusia memang dilahirkan untuk egois memang (mementingkan kepentingannya)

    BalasHapus
    Balasan
    1. nice, bener bangettt. kadang ada beberapa hal dalam hidup kita yang harus kita "bodo-amat"in biar kita ngerasa bahwa hidup kita tuh nggak sesak-sesak amat.

      Kalo dibilang treatmen ngilangin stress aku juga setuju banget. Tapi, kayaknya bakal lebih baik kalo tulisannya dirapiin bener-bener. terus dibikin ebook, daripada bikin status gajelas gitu.

      udah gen nya kali, ya. emang udah dari sononya, gen manusia itu emang egois.

      Hapus
  3. Wkwkwk, jadi di sini saya cuma mengamati, tapi ada suatu kata-kata saya lupa siapa nama yang menyebutkannya "tidak perlu untuk menunjukkan kesedihan atau kesusahanmu pada orang lain, karena orang-orang yang membencimu tidak percaya itu dan orang-orang yang mencintaimu tak membutuhkan itu" kurang lebih kaya itu, tapi saya lupa kata-kata persisnya.

    Btw, di kolom komen ternyata gak bisa pakai css T_T

    BalasHapus
    Balasan
    1. Remember that night, late night actually when we talk about 'dimana privasi kita.
      Thankyou for giving me another points of view Zi!!!!

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku dan Egoku

A for Awesome ULM

Kilas Balik 2020