Quotes
Quit silent, and it's quite quiet quotes
I wanna looking back and stop to looking forward...
Mungkin kamu baru menyadari
sekarang; akan ada saat dimana kamu perlu berhenti untuk sesekali menarik napas
panjang. Bukan untuk menyerah, tapi untuk mempersiapkan langkah agar kakimu
mampu berlari lebih cepat.
Kesedihanmu karena seseorang
yang bahkan tak perduli sedikitpun adalah satu ketololan terbesar yang
seharusnya kamu hindari. Tapi, nyatanya justru kamu lakukan, kan?
Pagi tadi masih ada rasa yang
semestinya sudah harus kamu muntahkan ke tempat sampah. Tapi, kamu harus sadar;
kamu perlu tempat yang lebih layak untuk melakukan hal itu.
Setiap hari yang kamu lalui
hanyalah bentuk perjalanan, sementara cerita di dalamnya adalah bentuk
pengalaman.
Kamu harus memutuskan untuk
berhenti menyukai orang yang sebelumnya pernah kamu sukai. Bukan karena memang
benar-benar berhenti, tapi kamu memang tau; tak ada celah untukmu.
Seharusnya kamu menyadari hal
itu sebelum kamu memutuskan untuk melepasnya; bahwa hanya dia satu-satunya
sahabat terbaik yang pernah kamu miliki.
Perasaan sayangmu pada sahabatmu
nyatanya memang lebih besar jika dibandingkan dengan rasa sukamu terhadap
pelarianmu. Sekalipun sahabatmu sudah merubuhkan akar kakimu sendiri.
Setidaknya kamu masih punya
waktu satu tahun untuk berhenti. Dan setelah itu kamu baru benar-benar akan
berlari jauh, lalu pergi.
Masih ada saja drama dengan
cerita "orang yang kamu sukai justru menyukai orang lain." Lalu
dengan begitu, kamu sudah terlambat untuk menyadari bahwa karma itu memang
berlaku.
Kamu dan semua orang memang
diajarkan untuk mengingat semua hal yang pernah terjadi dalam hidup kalian.
Jadi tolong, jangan pernah menekankan dirimu untuk sanggup melupakan banyak hal
yang sebenarnya memang terlalu sulit untuk dilupakan.
Akan selalu ada secuil rasa yang
tersisa, padahal kamu sudah membuangnya begitu jauh.
Kamu bukan kehilangan teman
terbaikmu, hanya saja dia tak lagi bisa membentuk "kalian" untuk
cerita berikutnya.
Jika kamu memutuskan untuk mulai
menyukai seseorang hari ini, pastikan terlebih dulu kamu sanggup melupakannya
suatu hari nanti.
Hari ini bisa saja kamu merasa begitu
nyamannya duduk di sampingnya. Tapi, tak ada satu pun yang tau, kalau besok
kamu justru merasa sangat risih meskipun hanya bertatap muka.
Melupakan itu memang bukan perkara yang
mudah. Tapi, kamu harus melakukan itu agar kamu tau mengapa kamu perlu alasan
untuk melepasnya pergi.
Tak perlu alasan mengapa kamu menyukai
seseorang. Hanya saja kamu harus tau, kapan dan bagaimana kamu harus melepasnya
pergi.
Entah kebodohan macam apa yang
menggerogoti otakku, sampai-sampai aku lupa, aku dan dia tidak sejalan.
Aku selalu memutar arah saat berpapasan
dengannya, tapi jujur aku tak kan sanggup memutar waktu dan meminta hal ini
untuk tidak terjadi.
Aku tak tau, berapa lama lagi aku harus
berharap, padahal hatiku sendiri juga sudah begitu lelah.
Tangis semacam ini sudah begitu biasa
dan benar-benar terasa percuma.
Setiap hari kami selalu bertemu. Baik
dia maupun aku, kami berdua selalu punya kesempatan yang sama untuk saling menyapa
terlebih dulu. Tapi, aku tidak punya keberanian untuk hal itu. Dan aku tau, dia
juga tidak ada keinginan untuk melakukannya.
Tenang saja, kamu tidak perlu khawatir.
Aku tidak akan pernah lupa, bahwa aku bukan siapa-siapa.
Terimakasih karena sudah menjadi satu
dari ribuan kenangan paling buruk dalam hidupku.
Hari ini ku putuskan untuk membuang
semua perasaan ini ke tempat sampah. Tapi, aku tidak berani menjamin, bahwa
suatu hari nanti ketika kamu datang padaku aku tidak memungutnya kembali.
Setahun setelah ini, aku akan
benar-benar melupakanmu. Aku berjanji untuk hal itu.
Ku harap pertemuan kita waktu itu adalah
pertemuan terakhir, dan tatapan matamu padaku akan menjadi kenangan yang akan
segera ku lupakan.
Aku memang diajarkan untuk terbiasa
mengingat sesuatu, tapi kamu harus tau, bahwa aku adalah tipe orang pelupa.
Oleh karena itu, saat aku mengingatmu, aku juga sedang mencoba untuk melupakan.
Lambat laun perasaan ini juga akan
hilang, aku yakin itu.
Tidak ada henti-hentinya bagiku berharap
bahwa suatu hari nanti akan ada celah untukku isi. Dan karena hal itu, setiap
harinya aku selalu mengutuk semua ketololan ini.
Aku memikirkan
bagaimana cara untuk melupakan sesuatu yang semestinya tidak perlu lagi ku
ingat Tapi, hari ini aku masih saja menyimpan kenangan tolol itu bahkan sampai
bertahun-tahun lamanya.
Tidak apa-apa,
aku tidak apa-apa. Aku hanya sedikit kecewa, ternyata ada orang lain di
duniamu.
Aku terus
memutar lagu yang sama, mengingat kenangan-kenangan lama, sampai akhirnya aku
sadar, aku bukan siapa-siapa.
Jangan pernah berdiri di
depanku lagi. Karena ketika aku melihatmu, aku seketika melupakan semua janji
yang pernah ku utarkan pada kakakku.
Terlalu sering melihatmu,
sama seperti candu. Begitu tenang, namun sangat menyakitkan.
Aku akan terus membantu
menemukan siapa pembunuh ayahmu. Bahkan jika dugaanmu benar, aku tidak akan
segan untuk memasukkan Ibuku ke penjara.
Bagaimana mungkin aku
menyakiti Ibumu? Karena setiap aku memiliki kesempatan untuk menumbuhnya,
kau selalu muncul di pikiranku.
Kau adalah satu-satunya
kesempatan yang kumiliki untuk tetap memperjuangkan semua ini. Tapi kau sendiri
juga adalah satu-satunya alasan mengapa aku tidak akan pernah bisa membalaskan
dendam ini pada Ibumu.
-No Name-
Komentar
Posting Komentar